pasang iklan
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 30 Oktober 2015

Air Mata Mutiara.

Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.


Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya.
Sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.

Anakku..!!!
Kata sang ibu (sambil bercucuran air mata).
ALLAH tidak memberikan pada kita, bangsa kerang sebuah tangan pun.
Sehingga Ibu tak bisa menolongmu.

Si ibu terdiam sejenak.
Sakit sekali, aku tahu anakku.
Tetapi terimalah itu sebagai takdir.
Kuatkan hatimu.
Jangan terlalu lincah lagi.
Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit.
Balutlah pasir itu dengan getah perutmu.
Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya.
Sambil menahan rasa sakit yang bukan alang-kepalang.
Kadang-kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya.
Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.

Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya.
Makin lama rasa sakit pun makin berkurang.
Dan semakin lama mutiaranya semakin besar.
Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun.
Sebutir mutiara terbentuk, mengkilap dan berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna.
Penderitaannya berubah menjadi mutiara.
Airmatanya berubah menjadi sangat berharga.

Dirinya kini.
Sebagai hasil penderitaan yang dialami bertahun-tahun.
Berubah menjadi kerang yang lebih berharga daripada sejuta kerang lain.
Yang hanya menjadi santapan orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

Pesan Moral.
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan,
Adalah lorong transendental untuk merubah "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".

Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan,
Dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Namun banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut.
Karena tidak tahan dengan cobaan yang dialami.

Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa dimasuki:
Pertama, menjadi "kerang biasa" yang disantap orang.
Kedua, menjadi "kerang luar biasa" yang menghasilkan mutiara.

Sayangnya lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama.
Sehingga tidak mengherankan,
Bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang "biasa-biasa saja".
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan atau terluka.
Karena orang-orang di sekitar kita.

Cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut. 
Dan sambil berkata di dalam hati...  
Air mata ku diperhitungkan ALLAH... 
Dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.

ads

Ditulis Oleh : Asfuddin Hari: 08.16 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

About

Close [X]

Selamat, Anda mendapatkan bonus kunjungan sebesar Rp. 50.000,-

Untuk Mengambilnya Silakan Klik Disini !

.